handiks blog

handiks blog

Minggu, 25 Juni 2017

Kisah keluarga Rasulullah di hari yang Fitri



Pada saat malam Takbiran, Ali bin Abi Thalib terlihat sibuk membagi bagikan gandum dan kurma. Bersama istrinya, Sayyidah Fathimah az- Zahra,
Ali menyiapkan tiga karung gandum dan dua karung kurma.
Terlihat, Sayyidina Ali memanggul gandum, sementara istrinya Fathimah menuntun Hasan dan Husein. Mereka sekeluarga mendatangi kaum fakir miskin untuk disantuni.
Esok harinya tiba salat 'Idul Fitri, Mereka sekeluarga khusyuk mengikuti salat jama'ah dan mendengarkan khutbah. Selepas khutbah Id selesai, keluarga Rasulullah Saw itu pulang ke rumah dengan wajah berseri-seri.
Sahabat beliau, Ibnu Rafi'i bermaksud untuk mengucapkan selamat Idul Fitri kepada keluarga putri Rasulullah Saw.
Sampai di depan pintu rumah , alangkah tercengang lbnu Rafi'i melihat apa yang dimakan oleh keluarga Rasulullah itu.
Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fathimah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein yang masih balita, dalam Idul Fitri makanannya adalah gandum tanpa mentega, gandum basi yang baunya tercium oleh sahabat Nabi itu.
Seketika lbnu Rafi'i berucap istighfar, sambil mengusap-usap dadanya seolah ada yang nyeri di sana.
Mata lbnu Rafi'i berlinang butiran bening, perlahan butiran itu menetes d pipinya. Kecamuk dalam dada lbnu Rafi'i sangat kuat, setengah lari ia pun bergegas menghadap Rasulullah Saw.
Tiba di depan Rasulullah, "Ya Rasulullah, ya Rasulullah, ya Rasulullah. Putra baginda, putri baginda dan cucu baginda ,ujar Ibnu Rafi'i.
"Ada apa wahai sahabatku?" tanya Rasulullah Tengoklah ke rumah putri baginda, ya Rasulullah Tengoklah cucu baginda Hasan dan Husein."
"Kenapa keluargaku?" Tengoklah sendiri oleh baginda, saya tidak kuasa mengatakan semuanya.
Rasulullah Saw pun bergegas menuju rumah Sayyidatuna Fathimah az-Zahra r.a.
Tiba di teras rumah, tawa bahagia mengisi percakapan Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fathimah dan kedua anaknya. Mata Rasulullah pun berlinang. Butiran mutiara bening menghiasi wajah Rasulullah Saw nan suci.
Air mata Rasulullah berderai, melihat kebersahajaan putri beliau bersama keluarganya.
Di hari yang Fitri, di saat semua orang berbahagia, di saat semua orang makan yang enak-enak.
Keluarga Rasulullah Saw penuh tawa bahagia dengan gandum yang baunya tercium tak sedap, dengan makanan yang sudah basi.
"Ya Allah, saksikanlah, saksikanlah. Di hari ldul Fitri keluargaku makanannya adalah gandum yang basi.
Di hari 'Idul Fitri keluargaku berbahagia dengan makanan yang basi.
Mereka membela kaum papa, ya Allah Mereka mencintai kaum fugara dan masakin.
Mereka relakan lidah dan perutnya mengecap makanan basi asalkan kaum fakir-miskin bisa memakan makanan yang lezat.
Saksikanlah ya Allah, saksikanlah, bibir Rasulullah berbisik lembut. Sayyidatuna Fathimah tersadar kalau di luar pintu rumah, bapaknya sedang berdiri tegak. "Ya Abah, ada apa gerangan Abah menangis?" Rasulullah tak tahan mendengar pertanyaan itu.
Setengah berlari ia memeluk putri kesayangannya sambil berujar, "Surga untukmu, Nak. Surga untukmu." Demikianlah, menurut lbnu Rafi'i, keluarga Rasulullah Saw. pada hari Idul Fitri senantiasa menyantap makanan yang basi berbau apek. Ibnu Rafi'i berkata, "Aku diperintahkan oleh Rasulullah Saw. agar tidak menceritakan tradisi keluarganya setiap Idul Fitri. Aku pun simpan kisah itu dalam hatiku. Namun, selepas Rasulullah Saw. wafat, aku takut dituduh menyembunyikan hadits, maka aku ceritakan agar jadi pelajaran bagi segenap kaum Muslimin" (Musnad Imam Ahmad, jilid 2, hlm. 232) Ya Rasulullah, begitu mulianya hati baginda bersama keluarga. Siapa gerangan yang tak malu? Siapa orangnya yang tak kelu? Kami di hari nan fitri, makanan kami lezat-lezat, makanan kami enak- enak. Harus kami apakan diri ini, ya Rasul? Kami malu. Ya Rasullah, teteskan kemuliaan jiwa baginda kepada kami, teteskan walau hanya setitik, agar jiwa kami semua tiada tandus dari kasih. Ya Rasulallah, berikan kedermawanan jiwa baginda dan keluarga kepada kami dan keluarga kami. Lapangkan dada kami untuk tidak terpukau oleh kemilau dunia sementara kaum fakir-miskin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan bijak, terima kasih